Laman

Rabu, 24 Juni 2015

KEBUDAYAAN MASYARAKAT KANGEAN











Masyarakat kangean  masih mempercayai dengan kekuatan magis, dengan melakukan berbagai macam ritual dan ritual tersebut memberikan peranan yang penting dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat kangean. Slah satu bentuk kepercayaan terhadap hal yang berbau magis tersebut adalah terhadab bendah pusaka yang berupa keris atau jenis tosan aji dan ada kalanya melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Untuk bahasa masyarakat Kangean memiliki bahasa daerahnya sendiri yang mayoritas digunakan oleh masyarkat asli kangean dimana pun berada sesama kangeannya. Bahasa kangean hamper mirip dengan bahasa madura atau daerah lainnya di Indonesia, karena bahasa kangean banyak terpengaruh oleh bahasa madura,Jawa, Melayu, Bugis, bajo dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa madura dan Jawa sangat terasa dalam bentuk system hierarki berbahasa sebgai akibat pendudukan Kerajaan Mataram atas Pulau kangean pada masa lampau.
Untuk kesenian sendiri kangean memiliki beberapa kesenian tradisional seperti karapan sapi, topeng, Lombe, gelok 0 gelok dan lombe (lomba kerapan menggunakan kerbau. Karapan kerbau adalah perlombaan pacuan kerbauu yang sudah berlangsung sejak dulu. Karapan kerbau juga dapat menaikkan setatus social pemilik kerbau bila kerbau miliknya bisa juara dalam perlombaan tersebut.
Karapan kerbau didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Kangean yang dinamakan saronen. Para pemusik seronen ini bertugas sebagai alat penyemangat anggota kontingen bersrta kerbau – kerbaunya sebelum karapan dimulai.

 Sumber; Djojoprajitno Sahwanoedin 2005. Kangean dari zaman wilwatikta sampai Republik Indonisia (1350 – 1950 ). Buletin Kangean Nyiur Melambai (KNM). Pamekasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar